Wellcome to my blog. Disini anda bisa menemukan beberapa sampling fotografi dan juga berbagai artikel

Kamis, April 17, 2014

Ditemukan Telur Aneh! (HOAX)


Foto: Astaga, Muncul Sebuah Kalimat dan Gambar Pada Sebuah Cangkang Telur Secara Alamiah!

To the point, Ulasan :

Pemberitaan seperti ini sebenarnya tidak masalah, hanya saja selalu dibumbui sesuatu yang berunsur religi. Seharusnya ada fakta terkait mengenai sebab-akibat mengapa hal itu terjadi, agar khalayak tau yang sebenarnya, walau kenyataannya memang ini sebuah keunikan tersendiri.

Munculnya guratan-guratan yang 'nampak seperti' kalimat atau menggambarkan sesuatu pada Cangkang (kulit) telur di dalam dunia Peternakan kejadian seperti ini adalah hal yang biasa, walau dampaknya sangat merugikan para peternak, karena otomatis telur tersebut tidak laku jika dipasarkan.

Skip, menurut para ahli medis dan peternakan, gejala tersebut disebabkan oleh TELUR YANG ABNORMAL.

Berikut beberapa hal aneh yang akan dihasilkan oleh telur :

Terbentuknya Telur Yang Abnormal

1. Doble Yolk Egg
Terbentuknya kuning telur yang ganda (biasanya dipakai untuk atraksi sulap dan atraksi para dukun biadab, ups maaf).

2. Blood Spot
Pada saat ovulasi pembuluh darah pada folicle ada yang pecah dan menimbulkan sedikit pendarahan, maka darah ini menempel pada yolk yang biasanya hanya berupa bintik darah. Apabila pendarahan terjadi pada oviduct maka darah akan menempel pada albumen dan jika darah yang menempel itu cukup besar maka disebut Meat spot.

3. Bloody Egg
Hal ini disebabkan oleh pendarahan yang hebat sekali, ada juga yang diturunkan secara genetik.

4. Kulit telur yang lembek, Hal ini disebabkan :
Ransum yang kekurangan kalsium.
Ransum kekurangan vitamin D.
Kelainan dari kelenjar kulit telur yang mensekresikannya.
Karena ada rangsangan dari luar yang menyebabkan sebelum telur menjadi keras.

5. Telur dalam telur
Telur terbentuk sempurna, terjadi kontraksi dan telur dari uterus terdorong kembali ke bagian atas (seperti poin 1, biasa dipakai atraksi).

6. Small Yolkless egg (telur yang tidak ada kuning telurnya)
Hal ini terjaid karena benda asing yang masuk ke dalam oviduct, kemudian terjadi proses pembentukan telur. 

Selain itu, dikenal juga istilah "EGG DROP SYNDROME" (silahkan ketik kata itu di pencarian google, anda akan menemukan banyak sekali telur yang "seakan terukir kalimat").

Egg drop syndrome, merupakan penyakit virus pada ayam dan burung puyuh, ditandai dengan penurunan produksi telur disertai dengan penurunan kualitas telur. Penyakit ini berdampak bagi kepentingan ekonomi (Carter,2005).

Egg drop syndrome pertama kali ditemukan pada unggas di tahun 1970an. Virus penyebab,  adenovirus, memiliki reservoir dalam bebek dan angsa. Penyebab awal terjadinya disebabkan oleh vaksin penyakit Marek yang tumbuh dalam fibroblas embrio bebek. Virus ini menginfeksi ternak, berkembang biak dan menyebar ke ternak lain melalui telur yang terinfeksi. Meskipun telah dimusnahkan dari peternak , adenovirus menjadi endemik pada sebagian dunia. Egg drop syndrome merupakan wabah yang langka disebabkan oleh penularan virus dari bebek dan angsa, baik secara langsung atau melalui air yang terkontaminasi ( Aiello SE,1975).

Sampai saat ini, adenovirus dianggap avirulent pada bebek dan angsa. Namun, pada tahun 2001, virus ini diisolasi menginfeksi pernafasan di angsa.

Egg drop syndrome disebabkan oleh adenovirus, anggota genus Atad-enovirus dan keluarga Adenoviridae. Virus ini juga telah dikenal sebagai adenovirus 1 (DAdV-1) sindrom penurunan telur (EDS) virus, telur-drop-sindrom-76 (EDS-76) virus dan 127 adenovirus(ICTV, 2002).

Bentuk adenovirus di bawah mikroskop elektron : http://www.afbini.gov.uk/em_06-2.jpg

Ciri khas EDS 76 adenovirus ialah kemampuannya dalam mengagglutinasi eritrosit-eritrosit unggas, tetapi kemampuan ini tidak terlihat pada mamalia. Virus penyebab EDS secara alami terdapat pada itik, hal ini yang menyebabkan virus cepat tumbuh dalam biakan sel­ sel itik dan dalam telur itik berembrio. Tetapi juga dalam biakan sel-sel embrio ayam, virus dapat diasingkan.

SPESIES YANG TERINFEKSI

Itik dan angsa tampaknya menjadi tempat yang alami untuk adenovirus.  Virus ini juga telah diisolasi oleh coots dan grebes, dan antibodi telah ditemukan pada spesies burung termasuk burung camar, burung hantu, bangau, angsa, ayam mutiara, dan merpati. Penyakit klinis telah dilaporkan pada ayam, puyuh, dan angsa. Kalkun dapat terinfeksi eksperimental namun tetap asimtomatik (Bishop,1996).

EPIDEMIOLOGI

Adenovirus ditemukan di seluruh dunia pada itik dan angsa. Egg drop syndrome  terjadi di Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Latin, namun belum terlihat di AS atau Kanada. Penyakit pernapasan pada angsa hanya dilaporkan di negara Hungaria.

Penyakit menular secara horizontal maupun vertikal. Infeksi EDS menyebabkan daya tetas telur menjadi turun sehingga jumlah DOC dari induk tertular EDS hanya sedikit. Tetapi masih ada kemungkinan induk terserang EDS tetap tampak sehat dan menghasilkan telur tercemar ringan virus EDS sehingga bisa menetas menjadi DOC.

Hal ini perlu diwaspadai karena selama DOC tumbuh, virus EDS tetap ada didalamm tubuhnya dan seolah-olah tertidur. Pada saat ayam mulai bertelur, virus EDS yang tertidur dan jumlahnya sedikit menjadi terbangun. Berkembang biak dan menyebar ke ayam lain dalam satu kandang. pada saat ayam akan mencapai puncak, produksi virus EDS yang berkembang mampu memunculkan gejala klinis jika sebelumnya tidak ada upaya pencegahan.

Selain tertular sejak DOC seperti tersebut diatas, penularan dapat terjadi secara horizontal. Virus EDS'76 yang berhasil menular dalam tubuh ayam berkembangbiak dan menyebar ke ayam lain selama masa grower dan ayam tetap sehat. Tetapi kelak pada saat mulai bertelur sampai mencapai puncak produksi gejala klinis EDS siap muncul jika tidak ada usaha pencegahan. Sumber penularan bisa terbawa bersama telur tetas, peralatan penetasan dan "egg tray". Pengendalian penyakit.

Penularan Egg drop syndrome secara horizontal melalui  oral. namun penyakit saluran pernapasan pada unggas ini dihasilkan oleh intratrakeal virus. Adenovirus juga dapat menyebar pada air. Beberapa wabah telah dikaitkan dengan kontak dengan unggas liar atau air yang terkontaminasi oleh tinja dari burung liar.

MASA INKUBASI

Masa inkubasi Egg drop syndrome sangat bervariasi. Dewasa,Di Rhode Island Red telur ayam yang dihasilkan abnormal dari 10 sampai 24 hari pasca-inokulasi. Burung yang terinfeksi secara vertikal dapat tetap asimtomatik sampai mereka mulai bertelur. Pada unggas yang diinfeksi dan menjadi bahan  eksperimental, masa inkubasi untuk penyakit pernafasan adalah 3 sampai 4 hari.

GEJALA  KLINIS

Egg drop syndrome telah dilaporkan pada ayam dan burung puyuh. Gejala utama adalah penurunan dalam produksi telur dan  telur yang di hasilkan abnormal.

Penyakit sering terjadi pada ayam petelur usia 25-26 minggu. Ayam tampak sehat, tidak memperlihatkan gejala sakit kecuali penurunan produksi yang sangat drastis disertai penurunan kualitas telur. Biasanya semakin besar penurunan kuantitas telur yang diproduksi makin rendah pula kualitasnya. Tetapi adakalanya penurunan kualitas telur mendahului penurunan produksi telur. kerabang telur berubah warna menjadi lebih pucat, lembek atau kasar dan telur berubah bentuk atau kecil.

Produksi telur akan menurun 20-40% selama 6-10 minggu. Telur-telur yang menyimpang dari bentuk normal mengalami penurunan daya tunas(fertilitas) dan daya tetas. Pada bedah bangkai ayam yang terinfeksi EDS'76 ditemukan kelainan seperti limpa sedikit mmembesar dengan bagian bintik putihnya membesar, uterus (oviduk) menjadi kendur dan terdapat oedema pada jaringan subserosanya. Lipatan-lipatan mukosa uterus membengkat dan oedema, terselaputi eksudat berwarna buram, kadang-kadang ditemukan materi perkapuran berwarna kekuningan diantara lipatan mukosa uterus. Pengecilan ringan pada kuning telur.

Telur yang kehilangan pikmen kulit atau empuk atau kulit telur sangat tipis. Juga produksi telur dalam 36 jam turun. Umumnya EDS secara klinis bermanifestasi pada puncak produksi telur. Hal ini disebabkan karena virus yang laten menjadi aktif pada masa ini. Penekanan atau penurunan produksi telur tanpa gejala-gejala jelas mungkin disebabkan oleh bentuk ringan dari gejala EDS.
Dalam kelompok ini, gejala pertama biasanya kehilangan warna dalam telur berpigmen, diikuti dengan tipisnya cangkang. Produksi telur biasanya turun 10% sampai 40%, namun, telur yang sesuai untuk penetasan / pengaturan tetap dan menetas seperti biasa. Meskipun diare sementara dan bulu kusam dapat dilihat sebelum perubahan cangkang terjadi, burung yang terinfeksi umumnya tetap sehat.

Telur yang di hasilkan oleh unggas yang terinfeksi Egg Drop Syndrome :http://www.thepoultrysite.com/publications/images/image_Page_041_Image_0002.jpg

Sampai saat ini, angsa masih di anggap paling  sering terkena. Namun, pada tahun 2001, penyakit pernapasan akut berat yang terkait dengan adenovirus dilaporkan pada unggas yang terinfeksi di Negara Hungaria. Penyakit ini sangat berpengaruh pada unggas pada usia antara 4 dan 20 hari. Gejala-gejala meliputi anoreksia, depresi, bersin, batuk, dyspnea, dan rales.

PATOLOGI KLINIS
Sesudah infeksi akan terjadi viremi. Virus hidup dan berkembang biak di dalam tractus digestivus dan keluar melalui tinja. Virus juga dikeluarkan melalui telur. Anak ayam yang dieramkan dari telur-telur tertular tidak memiliki antibody IgY, dapat mengekskresi dan mengeluarkan virus melalui faeces

dengan demikian virus menular secara kontak langsung anak ayam lainnya. EDS dapat bersifat carier. Ayam pembawa virus (carrier) mulai mengekskresi virus sewaktu mulai bertelur. Bila pada perusahan ada banyak ayam yang tidak mengandung antibody maka EDS dapat terjadi secara eksplosif. Ayam-ayam yang mempunyai antibody tidak memperlihatkan gejala klinis terserang EDS. Seperti telah dikatakan penyebaran virus terutama melalui telur dan faeces. Secara alami bebek tidak memegang peranan penting sebagai sumber penularan (Taniguchi,1981).

Post Mortem

Tampak pada penderita Egg drop syndrome terjadi lesi minimal dan terbatas pada saluran reproduksi ayam. Pada burung ovarium menjadi tidak aktif, atrofi saluran telur, dan edema dan eksudat putih di rahim (kelenjar shell). Telur dapat lebih pucat dari normal, kasar  pada cangkang.Perubahan histopatologi dapat dilihat di saluran telur dan rahim (shell kelenjar). Mungkin ada degenerasi parah dan desquamation dari sel epitel, atrofi kelenjar rahim, dan infiltrasi heterophils, limfosit, dan plasmacytes. Badan inklusi intranuklear dapat ditemukan dalam sel-sel epitel uterus,dan daerah kelenjar vagina.

Dalam kawanan unggas yang  terinfeksi terlihat bercak pada trakea. Edema dan kongesti sedikit terlihat dalam trakea dan paru-paru. Lesi lain yang dilaporkan meliputi ekimosis pada epikardium dan bintik dalam hati. Akut tracheo-bronkitis dan dibatasi kataral pneumonia digambarkan pada burung yang terinfeksi. Kelainan histopatologi termasuk fibrin dan celular dalam trakea dan bronkus lumina; yang epithelium adalah hiperplastik dan metaplastic. Sel-sel superfisial yang terkandung inti bengkak dengan badan inklusi amphophilic. Paru-paru berisi limfosit-histiocytic dan infiltrasi granulocytic heterophil di septae dan di lumina dari alveoli. Tidak ada lesi signifikan terlihat pada jaringan lain.

MORBIDITAS DAN MORTALITAS

Egg drop syndrome biasanya berlangsung 4 sampai 10 minggu. Sebuah penurunan 10% menjadi 40% pada produksi telur.Tingkat  kekebalan pada penyakit tersebut menyebabkan penurunan  2% sampai 4%. Pada  puyuh, penurunan produksi telur adalah 10% dan 50%. Kematian tidak diharapkan (Dass bb,1992).

Penyakit pernapasan telah dilaporkan dalam 4 sampai 20 hari pada angsa peliharaan. Penyakit ini terlihat hanya pada burung sangat muda dari kawanan ,kelangkaannya dapat dijelaskan dengan prevalensi antibodi yang tinggi pada populasi angsa dan adanya antibodi ibu pada burung muda selama periode kerentanan. Pada unggas yang mempunyai  penyakit pernapasan, tingkat mortalitas adalah 5% sampai 7% (Nanics,2001)

DIAGNOSA KLINIK

Cangkang kualitas buruk dan penurunan produksi telur, dalam sebuah kawanan yang sehat, penyebabnya dipastikan Egg drop syndrome. Penyakit ini juga dapat bermanifestasi sebagai penurunan kecil pada hasil telur atau kegagalan untuk mencapai produksi. Diharapkan  tingkat Penyakit pernapasan disebabkan oleh adenovirus dapat ditekan.

DIAGNOSA LABORATORIUM

Adenovirus dapat diisolasi pada bebek atau telur berembrio,dan dalam kultur sel. Garis sel rentan termasuk bebek dan embrio ayam, hati, ginjal bebek, dan fibro sel-sel blast. Virus dapat diisolasi langsung dari saluran reproduksi ayam yang terkena.
Antigen virus dapat dideteksi dengan reaksi rantai polimerase (PCR) atau antigen-capture (enzyme-linked immuno assay ¬ sorben (ELISA) teknik imunofluoresensi telah digunakan dalam beberapa kasus(Dhinakar Raj G,2003). Tes serologi hemaglutinasi inhibisi termasuk menggunakan unggas RBC, ELISA, dan netralisasi serum. Tes imunodifusi ganda juga telah digunakan (Kumar, 2003).

PENGAMBILAN SAMPEL

Sebelum mengumpulkan atau mengirim sampel dari hewan  yang dicurigai, pihak yang berwenang harus dihubungi. Sampel hanya harus dikirim dalam kondisi aman dan untuk diperiksa dilaboratorium ntuk mencegah penyebaran penyakit.

Jaringan reproduksi termasuk rahim (kelenjar shell) harus dikumpulkan dari ayam yang terkena. Telur abnormal juga harus diserahkan. Sampel serum berpasangan dapat dikumpulkan untuk uji serologi. Pada unggas  dengan penyakit pernafasan, virus tersebut dapat ditemukan di paru-paru, trakea, hati, dan usus.

DIFERENSIAL DIAGNOSA

Gizi dan faktor-faktor manajemen lainnya berdasar diagnosa banding . Penurunan produksi dan rendahnya kualitas cangkang juga dapat terjadi dengan penyakit seperti bronkitis menular, Penyakit Newcastle dan flu burung, namun burung dengan penyakit ini biasanya menjadi sakit. Diagnosis diferensial untuk penyakit pernapasan pada unggas mencakup berbagai penyakit virus, bakteri, dan jamur lainnya.

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN

karantina dan disenfeksi

Karantina dan disinfeksi yang diperlukan, seperti adenovirus menular baik dengan kontak langsung atau tidak langsung. Virus ini juga dapat ditularkan secara vertikal, baik inte ¬ rior dan eksterior dari telur mengandung virus.

Adenovirus yang resisten terhadap berbagai desinfektan yang biasa digunakan. Mereka juga relatif toleran terhadap perubahan panas dan pH. Iodophor dan aldehida desinfektan dapat efektif jika di papakan dengan virus dalam waktu yang lama. Air yang berpotensi terkontaminasi harus di sterilkan sebelum digunakan. bangkai ayam yang terinfeksi selama 20 hari benar-benar dapat menyebarkan  virus yang bersifat infektif.

Pencegahan

Vaksin dilemahkan yang tersedia. Vaksin ini menurunkan shedding virus tetapi tidak mencegah infeksi. Vaksinasi EDS'76 pada umur 16-18 minggu.

Melakukan sanitasi kandang (kandang dibersihkan, dicuci ), membatasi tamu, mencegah hewan liar dan hewan peliharaan lain masuk ke lingkungan kandang. Sanitasi sarana angkutan dan sapronak yang akan masuk kandang.

Usaha peternakan dikelola denggan baik sehingga tercipta suasana nyaman bagi ayam, jumlah ayam dalam kandang tidak terlalu padat, litter jangan berdebu dan terlalu lembab. Ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilaksanakan sistem all in all out.

Diuraikan bahwa penyebab telur abnormal adalah :

Umur ayam masih terlalu muda, kekurangan vitamin D, perbandingan Ca dan P dalam ransum tidak seimbang atau kurang Ca, suhu panas, telur terlalu cepat meninggalkan uterus, ovulasi tidak menentu, kelainan pada uterus (defektif), kekurangan air, Cu, Fe, Co, Mn, Zn, Na, K, dan MG , akibat genetik, penyakit menular, kekurangan sulfa, stress akibat suara yang mengejutkan serta kekurangan protein dan asam amino.

PENGOBATAN

Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, usaha yang dapat dilakukan adalah menjaga kondisi badan tetap baik dan meningkatkan nafsu makan dengan vitamin. Infeksi sekunder dicegah dengan memberikan antibiotik.

Semoga bermanfaat dan manambah wawasan kita semua.
Yuk tunggu apalagi, ketik "EGG DROP SYNDROME" di google :D

CMIIW (y)

Sumber : Dari berbagai sumber.

http://www.pks-denpasar.org/2013/11/cangkang-telur-bertuliskan-lafadz-allah.html

http://gedubukeren.blogspot.com/p/terbentuknya-telur-yang-abnormal-1.html

http://catatanakhirkoaskesmavet.blogspot.com/2011/07/egg-drop-syndrome.html

http://www.thepoultrysite.com/publications/6/diseases-of-poultry/194/infectious-bronchitis-ib

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/205005

http://hipromater.blogspot.com/2010/12/macam-macam-abnormalitas-telur.html

http://omkicau.com/2013/10/19/kalsium-mineral-wajib-dalam-penangkaran-burung/

Indonesian HoaxesAstaga, Muncul Sebuah Kalimat dan Gambar Pada Sebuah Cangkang Telur Secara Alamiah!

To the point, Ulasan :

Pemberitaan seperti ini sebenarnya tidak masalah, hanya saja selalu dibumbui sesuatu yang berunsur religi. Seharusnya ada fakta terkait mengenai sebab-akibat mengapa hal itu terjadi, agar khalayak tau yang sebenarnya, walau kenyataannya memang ini sebuah keunikan tersendiri.

Munculnya guratan-guratan yang 'nampak seperti' kalimat atau menggambarkan sesuatu pada Cangkang (kulit) telur di dalam dunia Peternakan kejadian seperti ini adalah hal yang biasa, walau dampaknya sangat merugikan para peternak, karena otomatis telur tersebut tidak laku jika dipasarkan.

Skip, menurut para ahli medis dan peternakan, gejala tersebut disebabkan oleh TELUR YANG ABNORMAL.

Berikut beberapa hal aneh yang akan dihasilkan oleh telur :

Terbentuknya Telur Yang Abnormal

1. Doble Yolk Egg
Terbentuknya kuning telur yang ganda (biasanya dipakai untuk atraksi sulap dan atraksi para dukun biadab, ups maaf). Untuk selengkapnya mengenai
"Doble Yolk Egg" silahkan lihat disini
2. Blood Spot
Pada saat ovulasi pembuluh darah pada folicle ada yang pecah dan menimbulkan sedikit pendarahan, maka darah ini menempel pada yolk yang biasanya hanya berupa bintik darah. Apabila pendarahan terjadi pada oviduct maka darah akan menempel pada albumen dan jika darah yang menempel itu cukup besar maka disebut Meat spot.

3. Bloody Egg
Hal ini disebabkan oleh pendarahan yang hebat sekali, ada juga yang diturunkan secara genetik.

4. Kulit telur yang lembek, Hal ini disebabkan :
Ransum yang kekurangan kalsium.
Ransum kekurangan vitamin D.
Kelainan dari kelenjar kulit telur yang mensekresikannya.
Karena ada rangsangan dari luar yang menyebabkan sebelum telur menjadi keras.

5. Telur dalam telur
Telur terbentuk sempurna, terjadi kontraksi dan telur dari uterus terdorong kembali ke bagian atas (seperti poin 1, biasa dipakai atraksi).

6. Small Yolkless egg (telur yang tidak ada kuning telurnya)
Hal ini terjaid karena benda asing yang masuk ke dalam oviduct, kemudian terjadi proses pembentukan telur.

Selain itu, dikenal juga istilah "EGG DROP SYNDROME" (silahkan ketik kata itu di pencarian google, anda akan menemukan banyak sekali telur yang "seakan terukir kalimat").

Egg drop syndrome, merupakan penyakit virus pada ayam dan burung puyuh, ditandai dengan penurunan produksi telur disertai dengan penurunan kualitas telur. Penyakit ini berdampak bagi kepentingan ekonomi (Carter,2005).

Egg drop syndrome pertama kali ditemukan pada unggas di tahun 1970an. Virus penyebab, adenovirus, memiliki reservoir dalam bebek dan angsa. Penyebab awal terjadinya disebabkan oleh vaksin penyakit Marek yang tumbuh dalam fibroblas embrio bebek. Virus ini menginfeksi ternak, berkembang biak dan menyebar ke ternak lain melalui telur yang terinfeksi. Meskipun telah dimusnahkan dari peternak , adenovirus menjadi endemik pada sebagian dunia. Egg drop syndrome merupakan wabah yang langka disebabkan oleh penularan virus dari bebek dan angsa, baik secara langsung atau melalui air yang terkontaminasi ( Aiello SE,1975).

Sampai saat ini, adenovirus dianggap avirulent pada bebek dan angsa. Namun, pada tahun 2001, virus ini diisolasi menginfeksi pernafasan di angsa.

Egg drop syndrome disebabkan oleh adenovirus, anggota genus Atad-enovirus dan keluarga Adenoviridae. Virus ini juga telah dikenal sebagai adenovirus 1 (DAdV-1) sindrom penurunan telur (EDS) virus, telur-drop-sindrom-76 (EDS-76) virus dan 127 adenovirus(ICTV, 2002).

Bentuk adenovirus di bawah mikroskop elektron : http://www.afbini.gov.uk/em_06-2.jpg

Ciri khas EDS 76 adenovirus ialah kemampuannya dalam mengagglutinasi eritrosit-eritrosit unggas, tetapi kemampuan ini tidak terlihat pada mamalia. Virus penyebab EDS secara alami terdapat pada itik, hal ini yang menyebabkan virus cepat tumbuh dalam biakan sel­ sel itik dan dalam telur itik berembrio. Tetapi juga dalam biakan sel-sel embrio ayam, virus dapat diasingkan.

SPESIES YANG TERINFEKSI

Itik dan angsa tampaknya menjadi tempat yang alami untuk adenovirus. Virus ini juga telah diisolasi oleh coots dan grebes, dan antibodi telah ditemukan pada spesies burung termasuk burung camar, burung hantu, bangau, angsa, ayam mutiara, dan merpati. Penyakit klinis telah dilaporkan pada ayam, puyuh, dan angsa. Kalkun dapat terinfeksi eksperimental namun tetap asimtomatik (Bishop,1996).

EPIDEMIOLOGI

Adenovirus ditemukan di seluruh dunia pada itik dan angsa. Egg drop syndrome terjadi di Eropa, Asia, Afrika, dan Amerika Latin, namun belum terlihat di AS atau Kanada. Penyakit pernapasan pada angsa hanya dilaporkan di negara Hungaria.

Penyakit menular secara horizontal maupun vertikal. Infeksi EDS menyebabkan daya tetas telur menjadi turun sehingga jumlah DOC dari induk tertular EDS hanya sedikit. Tetapi masih ada kemungkinan induk terserang EDS tetap tampak sehat dan menghasilkan telur tercemar ringan virus EDS sehingga bisa menetas menjadi DOC.

Hal ini perlu diwaspadai karena selama DOC tumbuh, virus EDS tetap ada didalamm tubuhnya dan seolah-olah tertidur. Pada saat ayam mulai bertelur, virus EDS yang tertidur dan jumlahnya sedikit menjadi terbangun. Berkembang biak dan menyebar ke ayam lain dalam satu kandang. pada saat ayam akan mencapai puncak, produksi virus EDS yang berkembang mampu memunculkan gejala klinis jika sebelumnya tidak ada upaya pencegahan.

Selain tertular sejak DOC seperti tersebut diatas, penularan dapat terjadi secara horizontal. Virus EDS'76 yang berhasil menular dalam tubuh ayam berkembangbiak dan menyebar ke ayam lain selama masa grower dan ayam tetap sehat. Tetapi kelak pada saat mulai bertelur sampai mencapai puncak produksi gejala klinis EDS siap muncul jika tidak ada usaha pencegahan. Sumber penularan bisa terbawa bersama telur tetas, peralatan penetasan dan "egg tray". Pengendalian penyakit.

Penularan Egg drop syndrome secara horizontal melalui oral. namun penyakit saluran pernapasan pada unggas ini dihasilkan oleh intratrakeal virus. Adenovirus juga dapat menyebar pada air. Beberapa wabah telah dikaitkan dengan kontak dengan unggas liar atau air yang terkontaminasi oleh tinja dari burung liar.

MASA INKUBASI

Masa inkubasi Egg drop syndrome sangat bervariasi. Dewasa,Di Rhode Island Red telur ayam yang dihasilkan abnormal dari 10 sampai 24 hari pasca-inokulasi. Burung yang terinfeksi secara vertikal dapat tetap asimtomatik sampai mereka mulai bertelur. Pada unggas yang diinfeksi dan menjadi bahan eksperimental, masa inkubasi untuk penyakit pernafasan adalah 3 sampai 4 hari.

GEJALA KLINIS

Egg drop syndrome telah dilaporkan pada ayam dan burung puyuh. Gejala utama adalah penurunan dalam produksi telur dan telur yang di hasilkan abnormal.

Penyakit sering terjadi pada ayam petelur usia 25-26 minggu. Ayam tampak sehat, tidak memperlihatkan gejala sakit kecuali penurunan produksi yang sangat drastis disertai penurunan kualitas telur. Biasanya semakin besar penurunan kuantitas telur yang diproduksi makin rendah pula kualitasnya. Tetapi adakalanya penurunan kualitas telur mendahului penurunan produksi telur. kerabang telur berubah warna menjadi lebih pucat, lembek atau kasar dan telur berubah bentuk atau kecil.

Produksi telur akan menurun 20-40% selama 6-10 minggu. Telur-telur yang menyimpang dari bentuk normal mengalami penurunan daya tunas(fertilitas) dan daya tetas. Pada bedah bangkai ayam yang terinfeksi EDS'76 ditemukan kelainan seperti limpa sedikit mmembesar dengan bagian bintik putihnya membesar, uterus (oviduk) menjadi kendur dan terdapat oedema pada jaringan subserosanya. Lipatan-lipatan mukosa uterus membengkat dan oedema, terselaputi eksudat berwarna buram, kadang-kadang ditemukan materi perkapuran berwarna kekuningan diantara lipatan mukosa uterus. Pengecilan ringan pada kuning telur.

Telur yang kehilangan pikmen kulit atau empuk atau kulit telur sangat tipis. Juga produksi telur dalam 36 jam turun. Umumnya EDS secara klinis bermanifestasi pada puncak produksi telur. Hal ini disebabkan karena virus yang laten menjadi aktif pada masa ini. Penekanan atau penurunan produksi telur tanpa gejala-gejala jelas mungkin disebabkan oleh bentuk ringan dari gejala EDS.
Dalam kelompok ini, gejala pertama biasanya kehilangan warna dalam telur berpigmen, diikuti dengan tipisnya cangkang. Produksi telur biasanya turun 10% sampai 40%, namun, telur yang sesuai untuk penetasan / pengaturan tetap dan menetas seperti biasa. Meskipun diare sementara dan bulu kusam dapat dilihat sebelum perubahan cangkang terjadi, burung yang terinfeksi umumnya tetap sehat.

Telur yang di hasilkan oleh unggas yang terinfeksi Egg Drop Syndrome: http://www.thepoultrysite.com/publications/images/image_Page_041_Image_0002.jpg

Sampai saat ini, angsa masih di anggap paling sering terkena. Namun, pada tahun 2001, penyakit pernapasan akut berat yang terkait dengan adenovirus dilaporkan pada unggas yang terinfeksi di Negara Hungaria. Penyakit ini sangat berpengaruh pada unggas pada usia antara 4 dan 20 hari. Gejala-gejala meliputi anoreksia, depresi, bersin, batuk, dyspnea, dan rales.

PATOLOGI KLINIS
Sesudah infeksi akan terjadi viremi. Virus hidup dan berkembang biak di dalam tractus digestivus dan keluar melalui tinja. Virus juga dikeluarkan melalui telur. Anak ayam yang dieramkan dari telur-telur tertular tidak memiliki antibody IgY, dapat mengekskresi dan mengeluarkan virus melalui faeces

dengan demikian virus menular secara kontak langsung anak ayam lainnya. EDS dapat bersifat carier. Ayam pembawa virus (carrier) mulai mengekskresi virus sewaktu mulai bertelur. Bila pada perusahan ada banyak ayam yang tidak mengandung antibody maka EDS dapat terjadi secara eksplosif. Ayam-ayam yang mempunyai antibody tidak memperlihatkan gejala klinis terserang EDS. Seperti telah dikatakan penyebaran virus terutama melalui telur dan faeces. Secara alami bebek tidak memegang peranan penting sebagai sumber penularan (Taniguchi,1981).

Post Mortem

Tampak pada penderita Egg drop syndrome terjadi lesi minimal dan terbatas pada saluran reproduksi ayam. Pada burung ovarium menjadi tidak aktif, atrofi saluran telur, dan edema dan eksudat putih di rahim (kelenjar shell). Telur dapat lebih pucat dari normal, kasar pada cangkang.Perubahan histopatologi dapat dilihat di saluran telur dan rahim (shell kelenjar). Mungkin ada degenerasi parah dan desquamation dari sel epitel, atrofi kelenjar rahim, dan infiltrasi heterophils, limfosit, dan plasmacytes. Badan inklusi intranuklear dapat ditemukan dalam sel-sel epitel uterus,dan daerah kelenjar vagina.

Dalam kawanan unggas yang terinfeksi terlihat bercak pada trakea. Edema dan kongesti sedikit terlihat dalam trakea dan paru-paru. Lesi lain yang dilaporkan meliputi ekimosis pada epikardium dan bintik dalam hati. Akut tracheo-bronkitis dan dibatasi kataral pneumonia digambarkan pada burung yang terinfeksi. Kelainan histopatologi termasuk fibrin dan celular dalam trakea dan bronkus lumina; yang epithelium adalah hiperplastik dan metaplastic. Sel-sel superfisial yang terkandung inti bengkak dengan badan inklusi amphophilic. Paru-paru berisi limfosit-histiocytic dan infiltrasi granulocytic heterophil di septae dan di lumina dari alveoli. Tidak ada lesi signifikan terlihat pada jaringan lain.

MORBIDITAS DAN MORTALITAS

Egg drop syndrome biasanya berlangsung 4 sampai 10 minggu. Sebuah penurunan 10% menjadi 40% pada produksi telur.Tingkat kekebalan pada penyakit tersebut menyebabkan penurunan 2% sampai 4%. Pada puyuh, penurunan produksi telur adalah 10% dan 50%. Kematian tidak diharapkan (Dass bb,1992).

Penyakit pernapasan telah dilaporkan dalam 4 sampai 20 hari pada angsa peliharaan. Penyakit ini terlihat hanya pada burung sangat muda dari kawanan ,kelangkaannya dapat dijelaskan dengan prevalensi antibodi yang tinggi pada populasi angsa dan adanya antibodi ibu pada burung muda selama periode kerentanan. Pada unggas yang mempunyai penyakit pernapasan, tingkat mortalitas adalah 5% sampai 7% (Nanics,2001)

DIAGNOSA KLINIK

Cangkang kualitas buruk dan penurunan produksi telur, dalam sebuah kawanan yang sehat, penyebabnya dipastikan Egg drop syndrome. Penyakit ini juga dapat bermanifestasi sebagai penurunan kecil pada hasil telur atau kegagalan untuk mencapai produksi. Diharapkan tingkat Penyakit pernapasan disebabkan oleh adenovirus dapat ditekan.

DIAGNOSA LABORATORIUM

Adenovirus dapat diisolasi pada bebek atau telur berembrio,dan dalam kultur sel. Garis sel rentan termasuk bebek dan embrio ayam, hati, ginjal bebek, dan fibro sel-sel blast. Virus dapat diisolasi langsung dari saluran reproduksi ayam yang terkena.
Antigen virus dapat dideteksi dengan reaksi rantai polimerase (PCR) atau antigen-capture (enzyme-linked immuno assay ¬ sorben (ELISA) teknik imunofluoresensi telah digunakan dalam beberapa kasus(Dhinakar Raj G,2003). Tes serologi hemaglutinasi inhibisi termasuk menggunakan unggas RBC, ELISA, dan netralisasi serum. Tes imunodifusi ganda juga telah digunakan (Kumar, 2003).

PENGAMBILAN SAMPEL

Sebelum mengumpulkan atau mengirim sampel dari hewan yang dicurigai, pihak yang berwenang harus dihubungi. Sampel hanya harus dikirim dalam kondisi aman dan untuk diperiksa dilaboratorium ntuk mencegah penyebaran penyakit.

Jaringan reproduksi termasuk rahim (kelenjar shell) harus dikumpulkan dari ayam yang terkena. Telur abnormal juga harus diserahkan. Sampel serum berpasangan dapat dikumpulkan untuk uji serologi. Pada unggas dengan penyakit pernafasan, virus tersebut dapat ditemukan di paru-paru, trakea, hati, dan usus.

DIFERENSIAL DIAGNOSA

Gizi dan faktor-faktor manajemen lainnya berdasar diagnosa banding . Penurunan produksi dan rendahnya kualitas cangkang juga dapat terjadi dengan penyakit seperti bronkitis menular, Penyakit Newcastle dan flu burung, namun burung dengan penyakit ini biasanya menjadi sakit. Diagnosis diferensial untuk penyakit pernapasan pada unggas mencakup berbagai penyakit virus, bakteri, dan jamur lainnya.

PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN

karantina dan disenfeksi

Karantina dan disinfeksi yang diperlukan, seperti adenovirus menular baik dengan kontak langsung atau tidak langsung. Virus ini juga dapat ditularkan secara vertikal, baik inte ¬ rior dan eksterior dari telur mengandung virus.

Adenovirus yang resisten terhadap berbagai desinfektan yang biasa digunakan. Mereka juga relatif toleran terhadap perubahan panas dan pH. Iodophor dan aldehida desinfektan dapat efektif jika di papakan dengan virus dalam waktu yang lama. Air yang berpotensi terkontaminasi harus di sterilkan sebelum digunakan. bangkai ayam yang terinfeksi selama 20 hari benar-benar dapat menyebarkan virus yang bersifat infektif.

Pencegahan

Vaksin dilemahkan yang tersedia. Vaksin ini menurunkan shedding virus tetapi tidak mencegah infeksi. Vaksinasi EDS'76 pada umur 16-18 minggu.

Melakukan sanitasi kandang (kandang dibersihkan, dicuci ), membatasi tamu, mencegah hewan liar dan hewan peliharaan lain masuk ke lingkungan kandang. Sanitasi sarana angkutan dan sapronak yang akan masuk kandang.

Usaha peternakan dikelola denggan baik sehingga tercipta suasana nyaman bagi ayam, jumlah ayam dalam kandang tidak terlalu padat, litter jangan berdebu dan terlalu lembab. Ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilaksanakan sistem all in all out.

Diuraikan bahwa penyebab telur abnormal adalah :

Umur ayam masih terlalu muda, kekurangan vitamin D, perbandingan Ca dan P dalam ransum tidak seimbang atau kurang Ca, suhu panas, telur terlalu cepat meninggalkan uterus, ovulasi tidak menentu, kelainan pada uterus (defektif), kekurangan air, Cu, Fe, Co, Mn, Zn, Na, K, dan MG , akibat genetik, penyakit menular, kekurangan sulfa, stress akibat suara yang mengejutkan serta kekurangan protein dan asam amino.

PENGOBATAN

Tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit ini, usaha yang dapat dilakukan adalah menjaga kondisi badan tetap baik dan meningkatkan nafsu makan dengan vitamin. Infeksi sekunder dicegah dengan memberikan antibiotik.

Semoga bermanfaat dan manambah wawasan kita semua.
Yuk tunggu apalagi, ketik "EGG DROP SYNDROME" di google

CMIIW

Sumber : Dari berbagai sumber.

http://www.pks-denpasar.org/2013/11/cangkang-telur-bertuliskan-lafadz-allah.html

http://gedubukeren.blogspot.com/p/terbentuknya-telur-yang-abnormal-1.html

http://catatanakhirkoaskesmavet.blogspot.com/2011/07/egg-drop-syndrome.html

http://www.thepoultrysite.com/publications/6/diseases-of-poultry/194/infectious-bronchitis-ib

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/205005

http://hipromater.blogspot.com/2010/12/macam-macam-abnormalitas-telur.html

http://omkicau.com/2013/10/19/kalsium-mineral-wajib-dalam-penangkaran-burung/

untuk menanyakan penjelasan tentang HOAX lainnya silahkan tanyakan Indonesian Hoaxes

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review