Apophenia: Indera ke-enam atau sistem pertahanan alami manusia?
Kalau anda menganggap suara dibalik rerumputan tersebut sebagai hewan buas tapi ternyata hanya suara angin, anda telah membuat kesalahan Tipe I dalam pengertian. Disitulah anda menemukan pola yang sebenarnya tidak ada. Anda mengaitkan (A) suara rerumputan dengan (B) hewan buas yang berbahaya, tapi dalam hal ini A ternyata tidak terkait dengan B. Tidak merugikan. Anda menghindar dari rerumputan tersebut, menjadi lebih waspada, dan mencari jalur lain untuk melewati hutan.
Kalau anda menganggap suara dibalik rerumputan tersebut hanyalah angin tapi ternyata adalah hewan buas, anda telah membuat kesalahan Tipe II dalam pengertian. Di situ, anda telah melewatkan pola yang sebenarnya ada. Anda gagal mengaitkan A dengan B, dan dalam hal ini A ternyata terkait dengan B.
Jelas, berkaitan dengan kelangsungan hidup jangka panjang, anda lebih baik keliru di sisi yang aman dan berpikir bahwa suara yang anda dengar dibalik rerumputan adalah hewan buas. Atau, untuk pengertian yang lebih psikologis, lebih baik melihat pola yang sebenarnya tidak ada daripada melewatkan pola yang sebenarnya ada.
Karena ini, keahlian mencari pola anda memiliki kecenderungan yang tertanam untuk mencari hubungan antara kejadian-kejadian yang sama sekali tidak berhubungan. Sebagai contoh,anda mungkin melihat kebersesuaian antara satu mimpi dan suatu peristiwa dalam hidup anda, dan kemudian membuat anda berpikir bahwa anda memiliki kemampuan untuk meramal masa depan.
Sebagian orang lebih baik dalam kemampuan melihat pola dibanding orang lain, bahkan dalam noda tinta yang sama sekali tidak memiliki arti.
Orang yang baik dalam kemampuan mencari pola lebih sering mengalami fenomena supernatural. Hal ini dibuktikan lewat tesnoda tinta yang dilakukan beberapa peneliti terhadap beberapa orang. Mereka yang memperoleh skor tinggi dalam mencari pola dalam noda tinta, mengaku lebih sering mengalami kejadian-kejadian aneh.
Kecenderungan untuk mencari sebab dan akibat berperan penting dalam kesuksesan dan kelangsungan hidup manusia. Sebagian besar waktu, kemampuan ini sangatlah berguna dan memungkinkan kita untuk memikirkan dengan hati-hati tentang cara kerja dunia. Namun,terkadang membuat kita melihat yang sebenarnya tidak ada.
Menurut seorang ahli ilmu saraf dari University Hospital Zurich, Peter Brugger, apophenia dan kreatifitas merupakan dua hal yang hampir sama. Penelitian Brugger mengindikasikan bahwa kadar hormon dopamine yang tinggi mempengaruhi kecenderungan untuk mencari maksud, pola, dan, arti yang sebenarnya tidak ada, dan bahwa kecenderungan ini juga berhubungan dengan kecenderungan untuk percaya dalam dunia paranormal.
- Brugger, P. "From Haunted Brain to Haunted Science: A Cognitive Neuroscience View of Paranormal and Pseudoscientific Thought" dalam Houran, J. & Lange, R. 2001. Hauntings and Poltergeists: Multidisciplinary Perspectives. North Carolina: McFarland & Company, Inc. Publishers.
- Carroll, RT. 2003. The Skeptic's Dictionary: A Collection of Strange Beliefs, Amusing Deceptions, & Dangerous Delusions. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
- Shermer, M. 2011. The Believing Brain: How We Construct Belief and Reinforce Them as Truths. New York: Henry Holt and Company.
- Wiseman, R. 2011. Paranormality: Why We See What Isn't There. London: Pan Macmillan.
1 komentar:
blog mu bagus bro, manteb dah. ditunggu update lainnya
Posting Komentar